SURYO PRATOMO, mantan Pemimpin Redaksi Harian Kompas dan Metro tv, Rabu (9/9) malam, di acara puncak Haornas yang digelar di gedung POPKI, Cibubur, termasuk satu dari 147 penerima penghargaan dari Kemenpora. Penghargaan itu diberikan setiap tahun untuk mereka yang dinilai telah memberikan kontribusi bagi kemajuan dunia olahraga nasional.

Kemenpora bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menominasi siapa-siapa yang berhak atas penghargaan. Hampir semua pihak dilibatkan untuk menjaga agar pemberian penghargaan itu tidak salah sasaran. Di samping itu, Kemenpora juga menerima masukan dan usulan dari pihak-pihak yang lebih mengetahui sepakterjang sang calon penerima penghargaan.

Dari kalangan wartawan, Seksi Wartawan Olahraga (SIWO) serta beberapa wartawan olahraga senior dimintakan pendapatnya. Seluruh penilaian itu bersifat independen, artinya Kemenpora menerima calon-calon berdasarkan penggodokan berbagai pihak. Satu di antaranya, sejarah sang calon penerima. Sangat mungkin waktu atau masa tugasnya sudah jauh dari saat yang bersangkutan menerima penghargaan.

Meski bukan persoalan pokok, ada kalangan wartawan olahraga yang mempertanyakan dasar penentuan Tom menerima penghargaan. Tom dianggap sudah bukan wartawan olahraga lagi. Ya, Tom saat ini memang lebih banyak bergerak di wartawan ekonomi. Seperti kita ketahui Tom punya acara "Economic Challange_ di Metro tv hingga hari ini. Tom sendiri pernah menjadi redaktur olahraga di Kompas, kemudian menjadi Redpel dan Pemred Kompas di usia 39 tahun.

Tidak keliru memang untuk mempertanyakan. Ini adalah bukti bahwa dinamika di kalangan pers, kgususnya wartawan olahraga tetap tinggi. Dan, wartawan sendiri tidak kenal pensiun. Selama masih terus berkarya dan dipublish, maka label wartawan itu tetap melekat.

Menurut wartawan olahraga senior Eddy Lahengko (Sinar Harapan dan Suara Pembaruan) serta Deddy Reva (Harian Pelita, antv, dan tvone), sama seperti pemberian gelar pahlawan pada para pejuang. "Waktunya kan panjang banget," kata keduanya di tempat terpisah.

"Ir. Soeratin misalnya. Siapa yang tak tahu bahwa beliau adalah pejuang? Tapi sampai saat ini belum memperoleh gelar pahlawan nasional," katanya lagi.

Artinya, jejak Tom di jalur olahraga tak terbantahkan. Bahwa kemudian beliau bertugas ke bidang lain, ya normal saja.

Pandangan itu sejalan dengan pendapat Mantan Ketua SIWO, Sam Lantang. "Saya pernah menerima penghargaan serupa itu tahun 2012. Waktu itu, saya sudah dua tahun pensiun sebagai wartawan BOLA. Ternyata penghargaan itu diberikan melihat kegiatan selama jadi wartawan, bukan kegiatan selama 2012. Saya rasa penilaian serupa diberikan untuk Tom. Jadi penilaian selama masih meliput olahraga di Kompas, " tulis Bang Sam di sosmed salah satu grup SIWO.

Hal senada juga disampaikan Prayan Purba, mantan redaktur olahraga Sinar Pagi yang hingga hari ini masih menjadi wartawan olahraga aktif meski usianya sudah sangat senior. "Saya kira gak ada masalah dengan pemberian penghargaan Kemenpora untuk Tom. Kita justru perlu mengucapkan terima kasih masih ada yang menberi perhatian ke profesi kita, wartawan," tuturnya Jumat (11/9) melalui telpon.

Pamungkas pandangan diberikan oleh Ketua PWI Pusat yang pernah menjadi Ketua SIWO Jaya dan SIWO Pusat, Atal Depari. "Saya kira wajar Tom memperoleh itu. Dia bukan sekadar wartawan seperti kita, tapi dia memiliki wawasan dan kontribusi yang nyata untuk dunia olahraga kita," tegas Asd, inisial Atal saat masih aktif sebagai pewarta di Sinar Pagi, Suara Karya, Sinar Pagi, Berita Kota, dan Pemred majalah Suara Pemred hingga saat ini.

"Biar kita, saya dan anda, seratus tahun jadi wartawan olahraga, tapi jika tidak ada gagasan dan kontribusi yang berkait dengan dunia olahraga, ya tidak pantas dapat penghargaan," katanya lagi. "Saya kenal dan sangat kenal dengan Tom, dia memang pantas memperoleh itu!" lanjut Atal.

Meski demikian, Atal juga tidak mempermasalahkan jika ada pihak dari mana pun itu, termasuk dari rekannya sesama wartawan yang mempertanyakannya. "Ini dinamika saja. Tapi, saya berani mengatakan Menpora dan Kemenpora pasti tidak keliru menganugrahi penghargaan itu!"

Ya, Atal benar. Tidak ada masalah apa pun untuk mempertanyakan hal itu. Malah, pertanyaan itu bukti bahwa perhatian dan kecintaan kita semua pada dunia olahraga, khususnya para wartawan senior, masih lekat. Ini juga bukti bahwa dunia olahraga adalah dunia yang terus dan terus berdinamika.

Semoga bermanfaat.


Penulis: M. Nigara (Wartawan Olahraga Senior)